DETEKSI PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN TEKNIK KEDOKTERAN NUKLIR: SIDIK PERFUSI MIOKARD (SPM)
Penyakit jantung, terutama penyakit jantung koroner (PJK),
merupakan penyebab kematian peringkat pertama di banyak negara saat ini.
Data WHO pada tahun 2003 menyebutkan bahwa PJK merupakan penyebab
kematian 17.5 juta orang di dunia. Di Indonesia pada tahun yang sama,
jumlah kematian akibat PJK ini menempati urutan ke-4 dan meningkat terus
dari tahun ke tahun. Saat ini dapat dipastikan bahwa PJK sudah menjadi
penyebab kematian terbesar di Indonesia dan menggeser penyakit infeksi.
PJK dapat terjadi baik pada usia muda maupun tua, pria atau wanita, dan
penderita dengan atau tanpa penyakit penyerta.
PJK adalah suatu kondisi dimana terjadi penyempitan atau kekakuan (aterosklerosis) pada dinding pembuluh darah arteri koroner yang menyebabkan suplai aliran darah ke otot jantung menjadi terganggu. Ketidakseimbangan antara suplai aliran darah dengan kebutuhan oksigen otot jantung ini disebut sebagai iskemia otot jantung. Gejala yang paling sering dikeluhkan oleh pasien PJK adalah nyeri dada kiri, walaupun belum pasti disebabkan oleh PJK. Keluhan nyeri dada tersebut baru muncul setelah adanya gangguan aliran darah di otot jantung. Menegakkan diagnosis adanya iskemia otot jantung sebelum terjadi serangan jantung sangat penting, karena risiko kematian akibat PJK dapat diminimalisir apabila adanya iskemia otot jantung sudah terdeteksi sejak dini. Permasalahannya adalah mendeteksi iskemia otot jantung sejak dini bukanlah sesuatu yang mudah. Selain berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, dan elektrokardiogram (EKG), diagnosa PJK juga memerlukan modalitas diagnostik yang lain. Saat ini terdapat beberapa modalitas diagnostik yang dapat membantu dalam menentukan diagnosis PJK, diantaranya adalah EKG-treadmill, ekhokardiografi, CT scan, MRI, kedokteran nuklir, dan angiografi koroner. Semua pemeriksaan ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan saling melengkapi dalam penanganan PJK. Walaupun saat ini angiografi koroner yang bersifat invasif masih menjadi gold standard untuk mendeteksi PJK, American Heart Association (AHA)/American College of Cardiology guidelines merekomendasikan angiografi koroner hanya dilakukan pada penderita risiko tinggi berdasarkan pemeriksaan non-invasif. Prosedur pemeriksaan non-invasif masih tetap menjadi pilihan utama dalam mengidentifikasi iskemia otot jantung.
Pemeriksaan sidik perfusi miokardium (SPM) pada kedokteran nuklir
merupakan modalitas diagnostik lini pertama yang bersifat non-invasif
dan terbaik dalam mendeteksi adanya iskemia otot jantung. Pemeriksaan
SPM telah menjadi rekomendasi pada pedoman standar penanganan PJK di
Amerika Serikat dan negara maju lainnya. Akan tetapi masih sedikit rumah
sakit di Indonesia yang memiliki fasilitas kedokteran nuklir sehingga
membuat pemeriksaan SPM menjadi kurang dimanfaatkan.
Tujuan dilakukan SPM pada pasien yang diduga atau telah diketahui menderita PJK adalah untuk mendiagnosis PJK serta luas dan serajatnya, menentukan tingkat risiko penderita PJK, dan menilai keberhasilan pengobatan PJK. Tujuan tersebut berkaitan dengan 2 sasaran utama dari pengobatan PJK yaitu memperbaiki kualitas hidup dengan mengurangi atau menghilangkan gejala dan memperbaiki perjalanan penyakit.
Menentukan ada atau tidaknya PJK adalah tujuan utama dari pemeriksaan SPM. Akan tetapi menurunkan risiko serangan jantung melalui penentuan tingkat risiko dengan pemeriksaan non-invasif menjadi perhatian utama dalam penanganan PJK. Penentuan tingkat risiko dan penilaian prognosis dengan SPM membantu menentukan penanganan PJK selanjutnya yaitu mengoptimalkan pemilihan pasien yang sesuai untuk tindakan invasif revaskularisasi (pemasangan stent atau operasi) atau penanganan non-invasif berupa pemberian obat-obatan oral dan modifikasi gaya hidup.
Pemeriksaan SPM ini dapat mendeteksi adanya gangguan aliran darah di otot jantung, sehingga dapat mendeteksi secara dini adanya iskemia otot jantung sebelum ditemukan adanya kelainan pada EKG maupun timbulnya keluhan nyeri dada. Gangguan aliran darah akibat aterosklerosis tidak hanya terjadi pada pembuluh darah arteri koroner yang besar saja (makrovaskuler), tetapi juga dapat terjadi pada pembuluh darah koroner yang kecil (kapiler; mikrovaskuler) sehingga pemeriksaan SPM dapat menjadi pemeriksaan komplementer dari CT angiografi.
The American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) telah mendeskripsikan tingkat risiko yang meliputi risiko rendah yaitu kurang dari 1 persen per tahun, risiko sedang yaitu 1-3 persen per tahun, dan risiko tinggi yaitu lebih dari 3 persen per tahun risiko terjadinya serangan jantung. Definisi ini secara konsep berkaitan dengan pilihan pengobatan selanjutnya. Pasien dengan risiko tinggi akan mendapat menfaat lebih dengan revaskularisasi sedangkan pasien dengan risiko rendah tidak, dan dapat diterapi hanya dengan obat-obatan untuk mengatasi gejala dan merubah faktor risiko. Pemeriksaan SPM dapat membantu dalam penentuan tingkat risiko dan prognosis ini pada PJK. Pada hasil SPM yang normal maka dapat digolongkan ke dalam risiko rendah untuk terjadinya serangan jantung.
Dasar dari dari pemeriksaan SPM adalah penilaian distribusi obat
radioaktif yang akan menggambarkan aliran darah di otot jantung. Cara
pemeriksaan dilakukan dalam dua keadaan scanning, yaitu scanning setelah pemberian beban dan scanning saat
istirahat yang dapat dilakukan dalam satu hari atau pada hari yang
berbeda. Pemberian beban dapat dilakukan dengan beban latihan fisik
(treadmill atau ergocycle) atau dengan obat-obatan (adenosin atau
dobutamin).
Cara penilaian SPM diarahkan untuk mencari daerah dengan distribusi obat radioaktif yang kurang (defek perfusi) pada hasil scanning dengan beban dan istirahat. Dalam keadaan normal distribusi obat radioaktif pada otot jantung merata. Defek perfusi yang menetap atau irrevesibel (matching defect) dapat disebabkan adanya otot jantung yang telah mati. Sedangkan jika ditemukan mismatch defect, yaitu defek perfusi pada scanning dengan beban dan normal atau menjadi lebih baik pada scanning saat istirahat menunjukkan adanya iskemia otot jantung yang masih hidup. Mismacth defect yang terbalik (reverse redistribution) yaitu penangkapan obat radioaktif dengan hasil scanning beban lebih baik dibandingkan dengan saat istirahat dapat disebabkan oleh PJK yang berat disertai dengan kolateralisasi (pembentukan pembuluh darah) yang baik. Selain informasi mengenai aliran darah, penilaian fungsi jantung juga sangat penting untuk diagnosis dan penanganan penyakit jantung. Penilaian fungsi jantung pada SPM ditentukan dengan cara mengikuti pergerakkan obat radioaktif di dalam jantung. Penilaian fungsi jantung dilakukan secara visual dengan melihat pergerakan dinding jantung (wall motion analysis), menentukan nilai ejeksi fraksi, dan penilaian terhadap citra fungsi (functional image).
MRCCC Siloam Hospital Semanggi merupakan rumah sakit swasta yang memiliki komitmen dalam melayani pasien secara komprehensif. Fasilitas yang lengkap dan canggih dalam menunjang pelayanan pasien merupakan keunggulan dari MRCCC Siloam Hospital Semanggi. Kedokteran Nuklir di MRCCC SHS merupakan fasilitas unggulan yang dilengkapi dengan kamera SPECT dan PET. Dengan adanya fasilitas kedokteran nuklir di MRCCC diharapkan dapat dimanfaatkan untuk melayani pasien dengan optimal, khususnya untuk pemeriksaan jantung.
PJK adalah suatu kondisi dimana terjadi penyempitan atau kekakuan (aterosklerosis) pada dinding pembuluh darah arteri koroner yang menyebabkan suplai aliran darah ke otot jantung menjadi terganggu. Ketidakseimbangan antara suplai aliran darah dengan kebutuhan oksigen otot jantung ini disebut sebagai iskemia otot jantung. Gejala yang paling sering dikeluhkan oleh pasien PJK adalah nyeri dada kiri, walaupun belum pasti disebabkan oleh PJK. Keluhan nyeri dada tersebut baru muncul setelah adanya gangguan aliran darah di otot jantung. Menegakkan diagnosis adanya iskemia otot jantung sebelum terjadi serangan jantung sangat penting, karena risiko kematian akibat PJK dapat diminimalisir apabila adanya iskemia otot jantung sudah terdeteksi sejak dini. Permasalahannya adalah mendeteksi iskemia otot jantung sejak dini bukanlah sesuatu yang mudah. Selain berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, dan elektrokardiogram (EKG), diagnosa PJK juga memerlukan modalitas diagnostik yang lain. Saat ini terdapat beberapa modalitas diagnostik yang dapat membantu dalam menentukan diagnosis PJK, diantaranya adalah EKG-treadmill, ekhokardiografi, CT scan, MRI, kedokteran nuklir, dan angiografi koroner. Semua pemeriksaan ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan saling melengkapi dalam penanganan PJK. Walaupun saat ini angiografi koroner yang bersifat invasif masih menjadi gold standard untuk mendeteksi PJK, American Heart Association (AHA)/American College of Cardiology guidelines merekomendasikan angiografi koroner hanya dilakukan pada penderita risiko tinggi berdasarkan pemeriksaan non-invasif. Prosedur pemeriksaan non-invasif masih tetap menjadi pilihan utama dalam mengidentifikasi iskemia otot jantung.
Gambar 1. Urutan kejadian dari nyeri dada yang muncul setelah diawali adanya gangguan aliran darah.
|
Tujuan dilakukan SPM pada pasien yang diduga atau telah diketahui menderita PJK adalah untuk mendiagnosis PJK serta luas dan serajatnya, menentukan tingkat risiko penderita PJK, dan menilai keberhasilan pengobatan PJK. Tujuan tersebut berkaitan dengan 2 sasaran utama dari pengobatan PJK yaitu memperbaiki kualitas hidup dengan mengurangi atau menghilangkan gejala dan memperbaiki perjalanan penyakit.
Menentukan ada atau tidaknya PJK adalah tujuan utama dari pemeriksaan SPM. Akan tetapi menurunkan risiko serangan jantung melalui penentuan tingkat risiko dengan pemeriksaan non-invasif menjadi perhatian utama dalam penanganan PJK. Penentuan tingkat risiko dan penilaian prognosis dengan SPM membantu menentukan penanganan PJK selanjutnya yaitu mengoptimalkan pemilihan pasien yang sesuai untuk tindakan invasif revaskularisasi (pemasangan stent atau operasi) atau penanganan non-invasif berupa pemberian obat-obatan oral dan modifikasi gaya hidup.
Pemeriksaan SPM ini dapat mendeteksi adanya gangguan aliran darah di otot jantung, sehingga dapat mendeteksi secara dini adanya iskemia otot jantung sebelum ditemukan adanya kelainan pada EKG maupun timbulnya keluhan nyeri dada. Gangguan aliran darah akibat aterosklerosis tidak hanya terjadi pada pembuluh darah arteri koroner yang besar saja (makrovaskuler), tetapi juga dapat terjadi pada pembuluh darah koroner yang kecil (kapiler; mikrovaskuler) sehingga pemeriksaan SPM dapat menjadi pemeriksaan komplementer dari CT angiografi.
The American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) telah mendeskripsikan tingkat risiko yang meliputi risiko rendah yaitu kurang dari 1 persen per tahun, risiko sedang yaitu 1-3 persen per tahun, dan risiko tinggi yaitu lebih dari 3 persen per tahun risiko terjadinya serangan jantung. Definisi ini secara konsep berkaitan dengan pilihan pengobatan selanjutnya. Pasien dengan risiko tinggi akan mendapat menfaat lebih dengan revaskularisasi sedangkan pasien dengan risiko rendah tidak, dan dapat diterapi hanya dengan obat-obatan untuk mengatasi gejala dan merubah faktor risiko. Pemeriksaan SPM dapat membantu dalam penentuan tingkat risiko dan prognosis ini pada PJK. Pada hasil SPM yang normal maka dapat digolongkan ke dalam risiko rendah untuk terjadinya serangan jantung.
Gambar 2. Angka kematian akibat penyakit jantung pertahun berdasarkan hasil SPM dan jenis pengobatan.
|
Cara penilaian SPM diarahkan untuk mencari daerah dengan distribusi obat radioaktif yang kurang (defek perfusi) pada hasil scanning dengan beban dan istirahat. Dalam keadaan normal distribusi obat radioaktif pada otot jantung merata. Defek perfusi yang menetap atau irrevesibel (matching defect) dapat disebabkan adanya otot jantung yang telah mati. Sedangkan jika ditemukan mismatch defect, yaitu defek perfusi pada scanning dengan beban dan normal atau menjadi lebih baik pada scanning saat istirahat menunjukkan adanya iskemia otot jantung yang masih hidup. Mismacth defect yang terbalik (reverse redistribution) yaitu penangkapan obat radioaktif dengan hasil scanning beban lebih baik dibandingkan dengan saat istirahat dapat disebabkan oleh PJK yang berat disertai dengan kolateralisasi (pembentukan pembuluh darah) yang baik. Selain informasi mengenai aliran darah, penilaian fungsi jantung juga sangat penting untuk diagnosis dan penanganan penyakit jantung. Penilaian fungsi jantung pada SPM ditentukan dengan cara mengikuti pergerakkan obat radioaktif di dalam jantung. Penilaian fungsi jantung dilakukan secara visual dengan melihat pergerakan dinding jantung (wall motion analysis), menentukan nilai ejeksi fraksi, dan penilaian terhadap citra fungsi (functional image).
MRCCC Siloam Hospital Semanggi merupakan rumah sakit swasta yang memiliki komitmen dalam melayani pasien secara komprehensif. Fasilitas yang lengkap dan canggih dalam menunjang pelayanan pasien merupakan keunggulan dari MRCCC Siloam Hospital Semanggi. Kedokteran Nuklir di MRCCC SHS merupakan fasilitas unggulan yang dilengkapi dengan kamera SPECT dan PET. Dengan adanya fasilitas kedokteran nuklir di MRCCC diharapkan dapat dimanfaatkan untuk melayani pasien dengan optimal, khususnya untuk pemeriksaan jantung.
Promo DonacoPoker Spesial Menyambut Lebaran
BalasHapusPromo spesial untuk menyambut Bulan Puasa Donaco Poker memberikan promo spesial yang hanya untuk anda member-member setia kami dengan memberikan tambahan deposit sebesar 10+10%.
Permainan di DonacoPoker
- POKER
- DOMINO
- CEME
- CEME KELILING
- CAPSA
- SUPER10
- OMAHA
Hubungi kami di :
WHATSAPP : +6281333555662
atau langsung di Livechat kami ya bosku. Terimakasih
DAFTAR
Judi Poker Online Terbaik
Permainan yang tengah jadi pujaan sekarang ini ialah game bandarq. Game ini disukai sebab langkah bermainnya gampang dengan skema bermain yang berlainan, unik serta begitu mengasikkan. Dalam permainan bandarq ini pemain juga bisa jadi bandar serta ini merupakan pengembangan baru yang di kembangkan di game judi kartu online hingga berikut yang membuat game bandarq makin di favoritekan sekarang ini. Di permainan bandarQ ini siapa saja ( tiap-tiap pemain) dapat jadi Bandar dengan minimum syarat chips yang perlu di punya oleh pemain itu , bila pemain telah penuhi minimum chips itu , jadi saat duduk di meja , sebagai Bandar akan dengan automatis bergantian sesuai tempat duduk nya masing masing. Apabila anda tidak mempunyai minimum chips yang di tetapkan oleh agen itu. Jadi anda akan dengan automatis jadi seseorang pemain biasa, atau anda bisa menantang Bandar.
BalasHapusCara Agar Menang Besar Di Game BandarQ
Untuk Info Selanjutnya di INDOKARTU
Silahkan add kontak kami bosku ^^
WA : 081333366766
BBM : indkartu
LINE : indokartu
Ingin mencari Situs Bandar Judi Online Terpercaya dan Teraman?
BalasHapusSudah tidak perlu Anda ragukan lagi, segera bergabung bersama S128, Situs Bandar Judi Online Terpercaya dan Teraman !!
Raih kemenangan Anda bersama kami hingga menjadi seorang JUTAWAN !!
Minimal deposit hanya Rp 25.000,- Anda sudah bermain semua permainan disini.
Disini juga menyediakan deposit via PULSA, OVO, dan GOPAY.
Jadi, apa lagi yang ditunggu? Segera daftarkan diri Anda bersama kami.
HOT PROMO BONUS yang tersedia :
- BONUS NEW MEMBER 10%
- BONUS DEPOSIT SETIAP HARI 5%
- BONUS CASHBACK 10%
- BONUS FREEBET 200rB
- BONUS 7x KEMENANGAN BERUNTUN !! ( Sabung Ayam Online )
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami, melalui :
- Livechat : S128Cash
- WhatsApp : 081910053031
Link Alternatif :
- http://www.s128cash.org
Ayam Sabung
S128